Rabu, 28 Desember 2016

Semester 3

Aaakhiirrnyaaaaa selesai UAS :D
hari ini adalah hari terakhir UAS semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 matakuiah Taksonomi Tumbuhan
Alhamdulillah lancaarrr :D
Aaahhh semester 3 akhirnya selesai, suka, duka, lelah, kehabisan uang, konflik semua ada di semester ini. Berangkat mulai semester 3 akhir agustus, sampe jember langsung maraton nyiapin proker terbesar HMJ, Biological Science Day, Olimpiade Biologi dan KTI tingkat SMA. mulai dari yang pas barengan sama lomba di fakultas lain, sampe bareng sama universitas lain, apalah daya Unej yang letak geografisnya di ujung timur pulau jawa, haha kudu ekstra juga kampanyenya, duitnya juga *huuhh
hampir 5 bulan nyiapin BSD, dari sebelum liburan, sampe liburan habis wkwk. habis BSD lanjut ospek maba, terus praktikum lapang taksonomi tumbuhan ke kebun raya eka karya Bali, Upgrading staff magang HMJ, Bina desa, praktikum lapang taksonomi hewan ke batu secret zoo (praklap Malang yang paling bikin galau, pas barengan sama rakorwil Ikahimbi di Unipa Surabaya) dan Konferma, baru aja selesai kemarin *yee
semester yang hampir ga ada sabtu-minggu...
Selamat liburan alll...
Januari cepatlah datang, semoga tiket bus nggak naik :D
Amiinn

Bina Desa 2016 Klungkung, Sukorambi-Jember

Biological Science Day 2016

Up-Graading Staff Magang Bakteriophage 2016 Papuma Beach Jember

Biologi Peduli Lingkungan 2016 Payangan Beach Jember

Praktikum Lapang Takosonomi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali

Praktikum Lapang Taksonomi Hewan Batu Secret Zoo

 
 
 
 
 
 

Biopestisida Bacillus thuringiensis

#Hee kapan realisasi ? :D



1. Bakteri Patogen Serangga (Bacillus thuringiensis)
Salah satu alternatif pengendalian serangga hama yang aman bagi lingkungan dan makhluk hidup lain adalah pengendalian secara biologis dengan menggunakan insektisida mikroba. Bakteri Bacillus thuringiensis merupakan salah satu jenis bakteri yang sering digunakan sebagai insektisida mikroba untuk mengontrol serangga hama seperti Lepidoptera, Diptera, dan Coleoptera.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis mampu menghasilkan suatu protein yang bersifat toksik bagi serangga, terutama seranggga dari ordo Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah larut dan aktif menjadi toksik, terutama setelah masuk ke dalam saluran pencemaan serangga. Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakkan, dan dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida pembasmi hama tanaman. Pemakaian biopestisida ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang timbul dari pemakaian pestisida kimia.
Bakteri penyebab penyakit serangga pada umumnya di bagi ke dalam dua kelompok besar, yakni bakteri yang tidak membentuk spora dan bakteri yang membentuk spora. Bakteri yang tidak membentuk spora terdapat dalam saluran pencernaan serangga, merupakan patogen yang potensial menyerang bagian pencernaan. Tingkat kematian karena bakteri patogen ini rendah. Sedangkan bakteri pembentuk spora menginveksi larva di dalam mesofagus, kemudian membentuk spora dan sporanya menyerang bagian tubuh serangga. Tingkat kematian karena bakteri patogen ini tinggi. Kebanyakan spesies bakteri entomopatogen yang diisolasi dari serangga yang sakit adalah bakteri yang tidak membentuk spora, akan tetapi untuk produksi komersial, bakteri yang membentuk spora lebih mudah untuk diformulasikan dan dapat di simpan lebih lama karena dalam bentuk spora bakteri tidak membutuhkan makanan.
Bakteri yang paling banyak dimanfaatkan sebagai insektisida hayati adalah species Bacillus thuringiensis (Bt). Salah satu keunggulan B. thuringiensis sebagai agen hayati adalah kemampuan menginfeksi serangga hama yang spesifik artinya bakteri dapat mematikan serangga tertentu saja sehingga tidak beracun terhadap hama bukan sasaran atau manusia dan ramah lingkungan karena mudah terurai dan tidak menimbulkan residu yang mencemari lingkungan.
Klasifikasi Bacillus thuringiensis

Kingdom         : Eubacteria
Filum               : Firmicutes
Kelas               : Bacilli
Ordo               : Bacillales
Famili               : Bacillaceae
Genus              : Bacillus
Spesies            : Bacillus thuringiensis
b. Deskripsi
Bacillus thuringiensis adalah bakteri tanah gram positif, pembentuk spora, berbentuk batang dengan lebar 1,0 sampai 1,2 µm dan panjang 3,0 sampai 5,0 µm (Sembiring, 2004). Bakteri ini termasuk patogen fakultatif dan dapat hidup di daun tanaman konifer maupun pada tanah. Apabila kondisi lingkungan tidak menguntungkan maka bakteri ini akan membentuk fase sporulasi.
B. thuringiensis dibagi menjadi 67 subspesies (hingga tahun 1998) berdasarkan serotipe dari flagela (H). Ciri khas dari bakteri ini yang membedakannya dengan spesies Bacillus lainnya adalah kemampuan membentuk kristal paraspora yang berdekatan dengan endospora selama fase sporulasi III dan IV. Sebagian besar ICP disandikan oleh DNA plasmid yang dapat ditransfer melalui konjugasi antargalur B. thuringiensis, maupun dengan bakteri lain yang berhubungan. Selama pertumbuhan vegetatif terjadi, berbagai galur B. thuringiensis menghasilkan bermacam-macam antibiotik, enzim, metabolit, dan toksin, yang dapat merugikan organisme lain. Selain endotoksin (ICP), sebagian subspesies B. thuringiensis dapat membentuk beta-eksotoksi yang toksik terhadap sebagian besar makhluk hidup, termasuk manusia dan insekta.
Ciri khas yang terdapat pada B. thuringiesis adalah kemampuannya membentuk kristal (tubuh paraspora) bersamaan dengan pembentukan spora, yaitu pada waktu sel mengalami sporulasi. Kristal tersebut merupakan komplek protein yang mengandung toksin ( d – endotoksin ) yang terbentuk di dalam sel 2-3 jam setelah akhir fase eksponesial dan baru keluar dari sel pada waktu sel mengalami autolisis setelah sporulasi sempurna. Sembilan puluh lima persen kristal terdiri dari protein dengan asam amino terbanyak terdiri dari asam glutamat, asam aspartat dan arginin, sedangkan lima persen terdiri dari karbohidrat yaitu mannosa dan glukosa.
Kristal protein merupakan protoksin dalam bentuk protein murni yang kaya akan asam glutamate dan asam aspartat. Berdasarkan protoksinnya, Kristal protein memiliki berbagai macam bentuk antara lain bipiramidal, kuboidal, persegi panjang, dan jajaran genjang. Ada hubungan nyata antara bentuk kristal dengan kisaran daya bunuhnya. Toksisitas B. thuringiensis terhadap serangga dipengaruhi oleh strain bakteri dan spesies serangga yang terinfeksi. Faktor pada bakteri yang mempengaruhi toksisitasnya adalah struktur kristalnya, yang pada salah satu strain mungkin mempunyai ikatan yang lebih mudah dipecah oleh enzim yang dihasilkan serangga dan ukuran molekul protein yang menyusun kristal, serta susunan molekul asam amino dan kandungan karbohidrat dalam kristal.
Protein atau toksin Cry tersebut akan dilepas bersamaan dengan spora ketika terjadi pemecahan dinding sel. Apabila termakan oleh larva insekta, maka larva akan menjadi inaktif, makan terhenti, muntah, atau kotorannya menjadi berair. Bagian kepala serangga akan tampak terlalu besar dibandingkan ukuran tubuhnya. Selanjutnya, larva menjadi lembek dan mati dalam hitungan hari atau satu minggu. Bakteri tersebut akan menyebabkan isi tubuh insekta menjadi berwarna hitam kecoklatan, merah, atau kuning, ketika membusuk.
Toksin Cry sebenarnya merupakan protoksin, yang harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum memberikan efek negatif. Aktivasi toksin Cry dilakukan oleh protease usus sehingga terbentuk toksin aktif dengan bobot 60 kDA yang disebut delta-endotoksin. Delta-endotoksin ini diketahui terdiri dari tiga domain. Toksin tersebut tidak larut pada kondisi normal sehingga tidak membahayakan manusia, hewan tingkat tinggi, dan sebagian insekta. Namun. pada kondisi pH tinggi (basa) seperti yang ditemui di dalam usus lepidoptera, yaitu di atas 9.5, toksin tersebut akan aktif. Selanjutnya, toksin Cry akan menyebabkan lisis (pemecahan) usus lepidoptera. B. thuringiensis dapat memproduksi dua jenis toksin, yaitu toksin kristal (Crystal, Cry) dan toksin sitolitik (cytolytic, Cyt). Toksin Cyt dapat memperkuat toksin Cry sehingga banyak digunakan untuk meningkatkan efektivitas dalam mengontrol insekta. Lebih dari 50 gen penyandi toksin Cry telah disekuens dan digunakan sebagai dasar untuk pengelompokkan gen berdasarkan kesamaan sekuens penyusunnya.
c.  Substansi aktif
Istilah substansi aktif yaitu bahan-bahan yang mempunyai aktivitas tertentu yang dihasilkan oleh makhluk hidup, dan bahan aktif ini biasanya dapat bersifat positif pada makhluknya sendiri akan tetapi dapat bersifat negatif atau positif pada makhluk hidup lain.
Substansi aktif yang dihasilkan oleh mikroorganisme umumnya digolongkan menjadi dua macam, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Substansi aktif primer biasanya bersifat intraseluler atau terdapat didalam sel. Biasanya metabolit primer dihasilkan dalam jumlah yang relatif kecil. Substansi sekunder adalah hasil dari metabolisme didalam sel yang disekresikan keluar dari sel atau dikumpulkan dalam kantong-kantong khusus diantara sel atau jaringan didalam tubuhnya.
Bacillus thuringiensis membentuk spora yang membentuk kristal protein-toksin. Kristal tersebut bersifat toksik terhadap serangga. Penelitian Heimpel (1967) diketahui bahwa B. thuringiensis menghasilkan beberapa jenis toksin, seperti α(alfa), β(beta), γ(gamma)-eksotoksin, dan δ(delta)-endotoksin, serta faktor louse. Peneliti lain menginformasikan bahwa yang berperan penting sebagai insektisida adalah protein β-eksotoksin dan δ-endotoksin.
Berbagai macam B. thuringiensis diantaranya:
    1.   Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis menyerang kumbang kentang colorado dan larva kumbang daun.
     2.   Bacillus thuringiensis varietas kurstaki menyerang berbagai jenis ulat tanaman pertanian.
     3.   Bacillus thuringiensis varietas israelensis menyerang nyamuk dan lalat hitam. 
    4.   Bacillus thuringiensis varietas aizawai menyerang larva ngengat dan berbagai ulat, terutama ulat ngengat diamondback.
d. Insektisida biologi berbahan aktif Bacillus thuringiensis
Bakteri Bacillus thuringiensis merupakan bakteri yang dapat mengendalikan hama ulat daun, kumbang daun, dan kutu daun pada tanaman holtikultura. Bakteri B. thuringiensis cukup efektif untuk mengendalikan berbagai jenis hama dari golongan lepidoptera, coleoptera, dan hemiptera.
Senyawa toksin penting dalam upaya pengembangan produk bioinsektisida secara komersial. Karaterisasi kimia β-eksotoksin pertama kali diaporkan oleh Mc. Connel dan Richard. Peneliti tersebut mengatakan bahwa β-eksotoksin terdiri dari komposisi senyawa asam nukleat, seperti adenine, ribose, glucose, dan asam alarik dengan ikatan kelompok fosfat. Selain itu, β-eksotoksin diketahui bersifat termostabil, artinya bahwa senyawa tersebut tahan atau tidak rusak jika terkena suhu tinggi, maka digolongkan sebagai thermostabel eksotoksin, larut didalam air dan sangat beracun terhadap beberapa jenis ulat. Sementara α-eksotoksin bersifat sebaliknya, tidak stabil jika terkena panas. Senyawa tersebut diketahui beracun bagi mencit dan ulat (Plutella xylostella).
Reaksi toksisitas terhadap serangga dari δ-endotoksin dan strain B. thuringiensis terhadap serangga tampaknya juga sangat bervariasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Heimpel dan rekannya (1959 dan 1967) terhadap serangga Lepidoptera menunjukkan adanya respon yang berbeda terhadap δ-endotoksin.
Fenomena lain mekanisme kerja dari toksin bakteri B. thuringiensis yaitu, terjadinya mekanis intraseluler dari β-eksotoksin, sebagai substansi protein aktif yang bersifat racun, senyawa ini akan menghambat sintesa asam ribonukleat, dengan cara menghentikan proses katalisa polimerasi oleh DNA-dependen RNA-polymersae.
e. Mekanisme Patogenisitas
Kristal protein yang termakan oleh serangga akan larut dalam lingkungan basa pada usus serangga. Pada serangga target, protein tersebut akan teraktifkan oleh enzim pencerna protein serangga. Protein yang teraktifkan akan menempel pada protein receptor yang berada pada permukaan sel epitel usus. Penempelan tersebut mengakibatkan terbentuknya pori atau lubang pada sel sehingga sel mengalami lisis. Pada akhirnya serangga akan mengalami gangguan pencernaan dan mati.

f. Cara Isolasi
Isolat Bacillus thuringiensis dapat diisolasi dari tanah, bagian tumbuhan, kotoran hewan, serangga dan bangkainya dan sumber lain. Salah satu cara isolasi yang cukup efektif adalah dengan seleksi asetat. Beberapa gram sumber isolat disuspensikan ke dalam media pertumbuhan bakteri (misal LB) yang mengandung natrium asetat kemudian dikocok. Media asetat tersebut menghambat pertumbuhan spora B. thuringiensis menjadi sel vegetatif. Setelah beberapa jam media tersebut dipanaskan pada suhu 80°C selama beberapa menit. Pemanasan ini akan membunuh sel-sel bakteri atau mikroorganisme yang sedang tumbuh termasuk spora-spora bakteri lain yang tumbuh. Kemudian sebagian kecil dari suspensi yang telah dipanaskan diratakan pada media padat. Koloni-koloni yang tumbuh kemudian dipindahkan ke media sporulasi B. thuringiensis. Koloni yang tumbuh pada media ini dicek keberadaan spora atau protein kristalnya untuk menentukan apakah koloni tersebut termasuk isolat B. thuringiensis.
g. Penapisan Isolat yang Toksik
Tidak semua isolat Bt beracun terhadap serangga. Untuk itu perlu dilakukan penapisan daya racun dari isolat-isolat yang telah diisolasi. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk hal ini. Pertama dengan pendekatan molekular dan kedua dengan bioasai.
Pendekatan molekular dilakukan dengan PCR menggunakan primer-primer yang dapat menggandakan bagian-bagian tertentu dari gen-gen penyandi protein kristal (gen cry). Hasil PCR ini dapat dipakai untuk memprediksi potensi racun dari suatu isolat tanpa terlebih dulu melakukan bioasai terhadap serangga target. Dengan demikian penapisan banyak isolat untuk kandungan gen-gen cry tertentu dapat dilakukan dengan cepat.
Untuk menguji lebih lanjut daya beracun dari suatu isolat maka perlu dilakukan bioasai dengan mengumpankan isolat atau kristal protein dari isolat tersebut kepada serangga target. Dari bioasai ini dapat dibandingkan daya racun antar isolat.
h. Cara Perbanyakan
Perbanyakan bakteri B. thuringiensis dalam media cair dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan sederhana. Karena yang diperlukan sebagai bioinsektisida adalah protein kristalnya, maka diperlukan media yang dapat memicu terbentuknya kristal tersebut. Media yang mengandung tryptose telah diuji cukup efektif untuk memicu sporulasi B. thuringiensis. Dalam 2–5 hari B. thuringiensis akan bersporulasi dalam media ini dengan pengocokan pada suhu 30°C. Perbanyakan B. thuringiensis ini dapat pula dilakukan dalam skala yang lebih besar dengan fermentor.
i. Potensi sebagai Bioinsektisida
Untuk bahan dasar bioinsektisida biasanya digunakan sel-sel spora atau protein kristal Bt dalam bentuk kering atau padatan. Padatan ini dapat diperoleh dari hasil fermentasi sel-sel Bt yang telah disaring atau diendapkan dan dikeringkan. Padatan spora dan protein kristal yang diperoleh dapat dicampur dengan bahan-bahan pembawa, pengemulsi, perekat, perata, dan lain-lain dalam formulasi bioinsektisida.

#Diambil dari berbagai sumber

Sabtu, 03 September 2016

Throwback Cangar


Hari ini di sela-sela nunggu downloadan Corel yang tak kunjung usai :p iseng-iseng buka-buka folder lama dan nemu foto ini wkwk. Seketika memori di otak langsung menuju salah satu agenda besar Nasional Ikahimbi 4 bulan yang lalu di Malang.
Field trip Pili, dilaksanakan di Taman Nasional Hutan Raya R. Soerjo Cangar, Batu. Setelah Sehari penuh di isi kompetisi yang menegangkan acara di  tutup dengan suasana kekeluargaan sambil pungut sampah dan tanam pohon. Acara Field trip sebenernya di selenggarakan di Alun-Alun kota Batu, tetapi karena ada suatu kendala maka tempat di pindahkan ke Cangar. aahh.. bagaimana kabar kalian? Semoga di pertemukan di agenda Nasional mendatang yaaa

Profil Ikahimbi

Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (Ikahimbi) merupakan sebuah ikatan organisasi mahasiswa sejenis (IOMS) yang mewadahi seluruh Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) yang terdapat di seluruh Indonesia. Ikahimbi dibentuk atas dasar keinginan bersama seluruh mahasiwa biologi di Indonesia untuk mengembangkan dan memajukan biologi serta untuk melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.
Organisasi mahasiswa biologi tingkat nasional ini berdiri pada tahun 1993 dengan nama Ikatan Mahasiswa Biologi Indonesia (IMABI). Kepengurusan IMABI berganti tiap dua tahun sekali dengan pimpinan tertinggi dipegang oleh Sekretaris Jendral (Sekjend). Seiring berjalannya waktu, berbagai hambatan muncul dalam perjalanan organisasi ini diantaranya jaringan komunikasi dan koordinasi mulai terputus karena IMABI hanya mengikat individu bukan lembaga kemahasiswaan yang ada di setiap universitas sehingga terhambatnya proses regenerasi dalam menghimpun kegiatan kemahasiswaan yang diprogramkan oleh IMABI. Selanjutnya pada bulan September 2001 di Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, IMABI berganti nama menjadi Jaringan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (JHMBI). Nama IMABI berganti menjadi JHMBI dengan pimpinan tinggi dipegang oleh Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai Dinamisator atau lembaga yang bertugas dalam menstabilkan pergerakan yang dilakukan oleh pengurus JHMBI. Dinamisator dibentuk dengan harapan JHMBI dapat mengikat lembaga kemahasiswaan yang ada di setiap Universitas sehingga permasalahan kemunduran regenerasi dalam pergerakan JHMBI dapat teratasi karena organisasi ini menyatukan mahasiswa Biologi di semua perguruan tinggi seluruh Indonesia melalui perantara himpunan mahasiswa biologi di setiap perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam perkembangannya, JHMBI terkendala berbagai permasalahan terutama komunikasi dan koordinasi. Selain itu, juga terjadi krisis kepemimpinan di pertengahan masa kepengurusan. Dari berbagai permasalahan yang timbul, muncul kesepakatan bersama untuk melaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang dilaksanakan di Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada tanggal 28 September - 01 Oktober 2003. Hasil dari pertemuan tersebut dianggap belum sempurna. Dengan nama ‘Jaringan’ maka organisasi ini belum ada kepemimpinan tunggal di dalam organisasi yang mengakibatkan kepemimpinan organisasi menjadi semu karena dipegang oleh salah satu Universitas sebagai dinamisator. Kemudian dalam Munas III JHMBI yang selanjutnya disebut Musyawarah Nasional (MUNAS) I Ikahimbi tanggal 6-8 Desember 2005 yang bertempat di Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Mataram, JHMBI berganti nama menjadi Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (Ikahimbi) dengan dipimpin oleh seorang Sekertaris Jendral.
Pada Munas I Ikahimbi tersebut, terpilih Edi Arip Miharja (mahasiswa Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor, IPB) sebagai Sekertaris Jenderal pertama untuk kepengurusan Ikahimbi periode 2005-2007. pada periode ini, sekretariat Ikahimbi bertembat di IPB. Selanjutnya Sekretaris Jendral Ikahimbi periode 2007-2009 dipegang oleh Saevul Amri (mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta) yang terpilih melalui Munas II Ikahimbi pada tanggal 5-6 Desember 2007 di Institut Pertanian Bogor. Saat ini Sekretaris Jendral Ikahimbi periode 2009-2011 di pegang oleh Mahfud Efendi (mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Malang) yang terpilih pada Munas IKAHIMBI III di Universitas Negeri Manado.
Dalam menjalankan tugasnya, Sekretaris Jendral sebagai pimpinan tinggi Nasional dibantu oleh 3 Wakil Sekjend yang meliputi Wasekjend I yang berfungsi dalam mengkoordinasi Biro kesekretariatan dan biro keuangan, Wasekjend II membidangi Departeman Penalaran keilmuan dan departemen penelitian dan pengembangan (Litbang), serta Wasekjend III bertugas dalam mengkoordinasikan Departemen Kajian Strategi Kebijakan (Kastrat), departemen Pengembangan Organisasi dan Kaderisasi (POK), dan departemen Jaringan Informasi dan Komunikasi (Infokom). Semua departemen dan biro di atas berfungsi dalam mengkoordinasikan realisasi program kerja dalam kancah nasional. Sekjend dalam melaksanakan amanahnya sebagai Mandataris Munas Ikahimbi, selain dibantu oleh wakil sekjend dan kepala departemen/biro yang terhimpun dalam Badan Pengurus Pusat (BPP) Ikahimbi, maka memilih Koordinator Wilayah (Korwil) sebagai perpanjangan tangan Sekjend di wilayah kerja Ikahimbi. Dalam merealisasikan kepengurusan wilayah, dibentuk Badan Pengurus Wilayah (BPW) Ikahimbi sebagai perpanjangan tangan Badan Pengurus Pusat sehingga cita-cita Ikahimbi dapat tercapai dalam melaksanakan fungsinya sebagai Duta Lingkungan di Indonesia.
Badan Pengurus Wilayah (BPW) merupakan organisasi lanjutan sebagai perpanjangan tangan dari Badan Pengurus Pusat (BPP), BPW dalam kepengurusannya memiliki struktural tersendiri namun tetap mengacu pada AD/ART. BPW dibentuk dengan tujuan tercapainya pemerataan pelaksanaan program kerja di seluruh wilayah Indonesia, Ikahimbi memiliki 11 wilayah kerja dari sabang sampai merauke.
Wilayah kerja V Jawa III adalah bagian dari 11 wilayah kerja yang ada, Sejarah pembentukan BPW ialah sejalan dengan awal terbentuknya Ikahimbi. Badan Pengurus Wilayah atau BPW Jawa III awal kepungurusan dipimpin oleh Inge Setiarini dari UNESA sebagai koordinator wilayah terpilih untuk masa kepengurusan 2006-2007. 

Visi, Misi dan Fungsi Ikahimbi

Visi

Visi Ikatan himpunan mahasiswa biologi Indonesia adalah menjadi wadah kerja sama lintas kampus mahasiswa Biologi Indonesia untuk mengoptimalkan potensi mahasiswa biologi Indonesia dan berperan aktif terhadap eksplorasi Sumber Daya Alam dan konservasi lingkungan hidup dalam upaya mewujudkan Tridharma Perguruan Tinggi.

Misi

Ikatan himpunan mahasiswa biologi Indonesia memiliki misi :
Meningkatkan tanggung jawab mahasiswa Biologi Indonesia dalam mengaplikasikan ilmu biologi sebagai pengetahuan dasar untuk mengeksplorasi Sumber Daya Alam dan konservasi lingkunan hidup.Mengembangkan wawasan ilmu biologi dalam bentuk kegiatan bersama dan pertukaran informasi antar fakultas/departemen/jurusan/program studi biologi.

Fungsi

Fungsi Ikatan himpunan mahasiswa biologi Indonesia adalah sebagai wadah pengembangan keilmuan dan profesionalisme, wadah pengembangan dalam merealisasikan visi dan misi, serta wadah komunikasi dan koordinasi kegiatan kemahasiswaan biologi se-Indonesia.
 
Struktur Kepengurusan IKAHIMBI JAWA 3


source : biologijawa3.blogspot.com

Selasa, 03 Mei 2016

Apa kabar?

Jember, 04 Mei 2016 02.43 AM

Selamat pagi sekali...
apa kabar? semoga selalu sehat, selalu dalam lindungan Allah
dilancarkan semua urusanmu, sesibuk apapun, jangan telat makan ya :D
miss you

Senin, 04 April 2016

Miaannn



 “durhaka kepada orang tua dosanya bisa dihapus dengan taubat, tapi durhaka kepada gurumu tidak ada satupun yang dapat menghapusnya”

“paling bahaya bagi seorang murid adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali” (adaab suluk al murid : 54)

haha.. yok opo perasaanmu rek? btw, dapet kutipan di atas dari postingan senior ikahimbi dari UIN Maliki Malang, mas Ahmad Syauqi
pas baca.. deg! wkwk alay :p
tiba-tiba keinget aja kesalahan-kesalahan pas jaman sekolah haha
dulu di MAN ada program hafalan dari surat panjang sampai pendek, seingatku waktu itu kelas XI, dimana deadline KTI sama hafalan PAS bareng.. yaa kalo hafalan surat al ikhlas mah nyantaii wae, ini yasin wkwk
dikasih kesempatan sih waktu itu sama bu lilik (guru fiqih, pembimbing hafalan, guru senior) buah bagi hafalannya 30 ayat 30 ayat gitu.. waktu itu posisi deadline banget nget nget dan hafalanku belum selesai, kurang berapa puluh ayat kalo ga salah, setoran siang ba'da dhuhur.. btw mungkin bu lilik capek kali ya.. umur beliau juga udah sepuh, denger hafalanku sambil ngantuk-ngantuk ala-ala gitu.. haha
belum hafal banget juga sih waktu itu.. lihat bu lilik ngantuk, '' waahh kesempatan nih" pikirku wkwk
yowis lah, tak lompati deh 10 ayat hehehe
pas tau-tau udah selesai, beliau kaget "lohh, cepet banget al?" wkwk
cuma nyengir tok :p
ngrasani kepala sekolah berapa kali coba? suudzon korup, ngeyel i bu Amin gara-gara tiap praktikum kok ndak jelas juntrungannya apa.. praktikum selesai tapi ndak paham maksudnya apa, kesimpulannya apa >.<
kabur alias ndelik di kantin tiap hari rabu jam terakhir. kenapa? pelajaran ketrampilan, jahit wkwk
suruh buat rok, mulai dari gambar pola, ngukur sendiri kainnya, potong kain sendiri sampai jahit sendiri. sebenernya diajari pelan-pelan suruh buat sendiri dan sebelum UAS harus sudah jadi, btw sorry bu.. rok ku jahitin tukang jahit tetangga sebelah rumah hehehe
yak apa bisa jahit lha wong pas jam pelajaran ketrampilan nongkrong di kantin :p
pak rur.. sorry corongnya sampean yang buat latihan sepakbola tak pecahin hehehe, lupa udah tak ganti apa belum ya pak :D
pak puguh.. sorry pas mapelnya sampean aku mangkeli, pak kasnan.. sorry pas waktunya bahasa arab sering kabur-kaburan juga, sumpah, 3 tahun belajar bahasa arab ndak mudeng aku pak.. 3 tahun ndak remidi bahasa arab cuma sekali tok wkwk lainnya remed :p
duuhh masih banyak lagii.. >.<
semuanyaaa .. maaff

Kamis, 10 Maret 2016

Ketika Keinginan dan Keadaan ga berjalan beriringan

Jember, 1 Jumadil akhir 1497 Hijriyah

'' Peraturan baru muncul dari peraturan lama yang dilanggar ''

pak sorry.. anakmu ini ada niat pengen keluar pondok :(
anakmu ini pernah manjat pager pondok pak..